- Efektifkan Pengurusan SIKA, Kilang Pertamina Unit Balikpapan Resmikan Shelter SIKA Satelit
- Tugu Jam Pemkot
- Akibat Galian Pipa Gas,Pipa PDAM Km 5,5 Jebol
- Dewan Minta Pemkot Bersama Bulog Gelar Operasi Pasar
- 12 Tim Siap Tampil Lomba Gerak Jalan
- Wali Kota Beri Solusi Sementara bagi Warga GPA
- Residivis Kambuhan Dituntut 2 Tahun Penjara
- Akibat Tidak Terima Keluarga Dilecehkan
- Kebakaran di Transad, Dua Lansia Tewas
- Puskesmas Prapatan PSN DBD di RT 27

Pedagang Pasar Inpres Keluhkan Sepinya Pembeli

BALIKPAPAN-Pasar Inpres Kebun Sayur merupakan pusat oleh-oleh khas Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Pada tahun 2000-an, pasar yang terletak di Balikpapan Barat ini setiap harinya ramai dikunjungi wisatawan.
Namun, kondisinya kini berubah. Mahalnya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar ditengarai menjadi penyebab sepinya pengunjung di Pasar Inpres Kebun Sayur. Demikian yang diungkapkan sejumlah pedagang, kemarin (19/9).
Salah seorang pedagang oleh-oleh khas Balikpapan, Rahim mengatakan, omzet penjualannya kini berkurang drastis dibandingkan tahun lalu. Penurunan omzet bahkan mencapai 50 persen.
“Tahun ini, penjualan sangat menurun drastis. Jika tahun sebelumnya ramai, kini makin sepi dan makin sepi. Omzet tahun lalu bisa Rp 1 juta lebih per harinya. Kalau dirata-rata, sekarang itu ya Rp 500 ribuan lah,” keluhnya saat ditemui di tokonya, kemarin (19/9).
Menurutnya, penurunan ini akibat mahalnya tiket dan pemberlakuan biaya bagasi pesawat sejak Januari tahun ini. “Sepinya konsumen ini terjadi sejak awal tahun. Tepatnya sejak adanya kenaikan harga tiket dan bagasi berbayar. Konsumen jadi mikir-mikir kalau mau beli banyak,” ujar pria berkacamata ini.
Selain itu, lanjutnya, mahalnya tiket dan minimnya kegiatan yang digelar instansi terkait juga memengaruhi jumlah pengunjung ke Kota Minyak. “Mungkin juga karena kurangnya event yang digelar instansi terkait. Ini memang terlihat orang lalu-lalang, tapi belinya enggak ke semua pedagang. Mereka tentunya ‘kan membeli sesuai kebutuhan,” kata Rahim yang sudah berjualan selama 11 tahun ini.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Rusli. Omzetnya kini menurun hingga 100 persen. “Waduh, kalau sekarang penurunannya luar biasa. Saya kadang dalam sehari tidak dapat apa-apa. Tidak ada satupun yang laku terjual,” katanya di sela-sela merapikan dagangannya yang berupa pernak-pernik dari bebatuan.
Penyebabnya, menurutnya, karena ekonomi yang kini melemah. Banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) mengurangi jumlah pengunjung lokal. “Kan sekarang banyak PHK. Orang-orang pasti mikir-mikir dulu kalau mau beli sesuatu. Kalau wisatawan mah satu-dua saja,” terangnya.
Dia pun berharap ada solusi dari pemerintah untuk membangkitkan kembali kejayaan Pasar Inpres. Misalnya, menggelar banyak kegiatan yang dapat menarik wisatawan baik itu domestik maupun mancanegara.
Sementara itu, salah seorang pengunjung, Amelia mengaku datang ke Pasar Inpres Kebun Sayur untuk mencari cendera mata sebagai oleh-oleh untuk keluarganya.
“Saya dapat rekomendasi dari teman di sini, katanya kalau beli oleh di sini (Pasar Inpres saja). Selain murah, juga banyak pilihan. Apalagi, kalau mau beli aksesori. Namun, saya nggak bisa beli banyak, takut bagasi bayar,” kata perempuan asal Jawa Tengah ini. (dia/vie)
